Indonesia dan Timor Leste merencanakan penyelesaian masalah perbatasan kedua negara di 5.000 titik. Dari jumlah itu, 907 titik sudah disetujui dan baru 103 yang terealisasi. Dari jumlah itu pula, ada tiga titik yang hingga kini menjadi fokus kedua negara dan pembahasannya berjalan alot, yakni Noel Besi-Citrana, Manusasi, serta Memo.
Untuk ketiga titik itu, Indonesia berpedoman kepada dasar aliran sungai yang mengarah ke muara Sungai Noel Besi. Sedangkan Timor Leste berpedoman pada garis batas wilayah kerajaan yang pernah ada di sana. "Jadi, nanti kita bahas secara matang lagi," ucap Purnomo.
Selain perbatasan darat, dalam kunjungan kerja ini Purnomo turut meninjau perbatasan laut Indonesia-Timor Leste melalui udara. Dengan menggunakan helikopter Mi-17 TNI Angkatan Darat, Menhan melihat tiga titik sengketa perbatasan darat Indonesia-Timor Leste dan keberadaan pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan laut kedua negara, termasuk Pulau Batek.
Dari udara, tampak pos imigrasi yang dibangun Pemerintah Timor Leste di Noel Besi. "Itu salah satu pelanggaran yang dilakukan Timor Leste. Karena tiga titik yang masih jadi sengketa dua negara tidak boleh dilakukan aktivitas apapun oleh kedua negara," kata Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Hotma Mangaraja Pandjaitan yang mendampingi Menhan.
Meski masih terjadi perbedaan pandangan, situasi keamanan di perbatasan darat kedua negara relatif aman. "Situasi di sini aman. Kalaupun ada masalah, kami selesaikan bersama petugas penjagaan perbatasan dari Indonesia dengan baik. Kami utama penegakan hukum dalam setiap penyelesaian perbatasan," tutur Komandan Perbatasan Polisi Nasional Timor Leste Letkol Nano.(BOG/Ant)
Sumber : www.Liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar